“By the morning sunlight and the night when it falls still” — Ad-Duhaa 1–2.
Aku lupa dengar ini dimana, tapi teori ini rasanya masuk akal, karena aku baru saja melihatnya sendiri.
Ada yang bilang kalau ada bagian malam yang sangat gelap, hitam, dan sunyi. Periode ini bisa ditemukan di jam-jam sekitar 2 atau 3 pagi. Ya, beberapa jam saja sebelum subuh dan matahari terbit. Sebagai orang yang percaya kalau kehidupan ini berjalan dengan cara yang serupa dengan jalannya semesta, teori ini begitu melegakan.
Karena itu artinya, di setiap periode yang kita yakini sebagai periode tergelap dalam hidup, jika mampu bertahan sebentar lagi, maka terang akan segera datang. Dan sejauh ini, dalam kehidupanku, ya memang selalu begitu.
Beberapa waktu kemarin, aku melakukan sebuah perjalanan yang mengizinkanku untuk kembali merefleksikan semuanya. Perjalanan pendakian bukit yang mengharuskanku untuk berangkat dan memulai pendakian pada dini hari.
Aku sadar hal lain saat itu. Bahwa dalam periode malam yang tergelap itu, bintang-bintang menghampar begitu bebas dan gemerlap di langit. Seperti sebuah penghiburan dan penguat dari rasa sedih dan takut. Mungkinkah pada masa-masa kehidupan yang paling menyebalkan, ada sesuatu yang serupa seperti bintang-bintang itu?
Ketika sudah berhasil mendaki, aku menyaksikan sendiri, ketika langit yang tadinya gelap gulita perlahan berubah warna menjadi sedikit lebih cerah dengan gradasi biru, biru tua, dan kekuningan yang tumpang tindih. Angin terasa sejuk di waktu itu, seperti sebuah pembebasan.
Dan orang-orang berkerumun, antusias menanti matahari dan semburat oranyenya yang muncul agak belakangan. Kerumunan orang-orang yang antusias itu membuatku kembali berpikir — seandainya setiap orang, termasuk aku, meyakini kalau pasti matahari akan terbit setelah malam berlalu, apakah hidup ini menjadi sedikit lebih mudah dijalani? Seperti penonton yang tahu bocoran film favoritnya, akankah hidup ini menjadi sedikit tidak mendebarkan?
Perjalanan itu sendiri berakhir sangat melegakan bagiku. Sebuah perjalanan impulsif yang sekaligus menjadi penanda berakhirnya sebuah masa dalam hidup yang penuh dengan ketidakpastian, harapan kosong, dan segala perasaan tidak berguna yang membuatku terjaga setiap malam. Entah bagaimana, aku yakin matahariku juga kembali bersinar pada pagi itu. Semoga, ya.